19/12/11

Teknik Photo

Suasana menjelang matahari terbenam dengan nuansa jingga dan langit yang berwarna-warni selalu menarik untuk diabadikan. Akan tetapi cukup banyak rekan yang mengeluhkan kesulitan dalam menangkap momen tersebut. Untuk membantu rekan-rekan, saya menulis 4 tips yang dapat dipraktekkan untuk mengabadikan sunset. Setting yang benar-benar pas untuk setiap kesempatan mungkin berbeda, jadi Anda harus temukan sendiri, tetapi saya harap tahap-tahap untuk menentukannya bisa membantu Anda.
SUNSET 01 - Menemukan setting yang tepat

Pada foto yang pertama ini, sasarannya adalah menangkap nuansa jingga yang muncul menjelang matahari terbenam. Yang perlu dilakukan adalah menentukan setting speed & aperture yang tepat. Untuk memperoleh perkiraan setting, saya pakai:

  • mode A, f/16, ISO 100, metering SPOT.
  • metering pada titik terang di bawah matahari
  • review gambar yang diperoleh
  • pindahkan mode dari A ke M dan lakukan penyesuaian speed
Pada setting seperti ini, biasanya diperoleh matahari bulat jingga dengan obyek di latar depan berupa siluet.
SUNSET 02 - Siluet di Latar Depan
Setelah memperoleh setting yang terbaik untuk mengabdikan matahari yang sedang terbenam, pertahankan setting tersebut dengan menggunakan mode M. Setelah itu, carilah obyek yang menarik di latar depan sehingga foto tampil lebih menarik. Misalkan pada foto bangau berikut ini

SUNSET 03 - Menggunakan Fill In Flash
Jika ingin menampilkan obyek di latar depan, harus ada cahaya tambahan untuk mengimbangi cahaya yang kuat di latar belakang. Penggunaan flash menjadi solusi alternatif agar obyek di latar depan muncul.
Yang perlu diperhatikan adalah maximum sync speed (shutter speed tertinggi yang bisa dicapai saat flash menyala). Ini akan menjadi salah satu pembatasan pada setting dan harus dikompensasi dengan pengaturan ISO atau aperture.
Contoh hasilnya saya bandingkan 2 foto berikut:
Pada foto atas, flash tidak digunakan sehingga teman saya hanya muncul sebagai siluet. Dengan menggunakan flash pada mode M dan diset slow sync, diperoleh hasil sebagaimana foto sebelah bawah.
SUNSET 04 - HDR
Jika ingin menampilkan banyak obyek di latar depan pada daerah yang luas, HDR menjadi alternatif untuk memuunculkan lebih banyak warna. Untuk melakukan ini, shutter harus dipasang ke mode BRACKETING dengan step +-0.5 atau +-0.7
Sebaiknya gunakan tripod dan timer agar pada saat pemotretan kamera tidak bergerak. Selanjutnya 3 foto yang diperoleh digabungkan dengan software HDR atau bisa juga dengan Photoshop
Hasilnya kira-kira seperti ini:

walau bagaimana pun, diperlukan banyak praktek & eksperimen untuk memperoleh hasil terbaik. Silakan mencoba.

Selasa, 20 September 2011

Fill-In Flash - Tetap Penting di Siang Hari

Beberapa rekan berpikir bahwa "flash tidak diperlukan untuk foto outdoor siang hari"
Contoh yang berikut ini akan menunjukkan manfaat penggunaan flash pada foto outdoor di siang hari.

Kiri: tanpa flash --- kanan: fill in flash (on)


Latar belakang yang sebagian adalah langit yang masih terang menyebabkan metering dengan mode "Multi Segment" atau "Centre Weighted" dan menghasilkan foto subyek dengan wajah yang gelap seperti dalam foto sebelah kiri. Sebaliknya metering dengan mode "Spot" akan menghasilkan wajah yang cukup terang dengan latar belakang yang pudar akibat over exposure.
Foto sebelah kanan dimbil dengan memaksa Flash menyala dengan teknik fill-in (flash diset pada kondisi On). Flash internal kamera sudah cukup untuk melakukan ini pada jarak subyek maksimal 2,5 meter. Jika jarak subyek lebih dari itu, sebaiknya gunakan flash external.

Jumat, 22 Juli 2011

Teknik - Metering

kamera-kamera digital saat ini memiliki beberapa macam mode metering. Namun ternyata banyak yang belum memahami, apa efek yang dihasilkan dari perbedaan mode metering tersebut. Atau bahkan lebih parah lagi, belum mengetahui apa fungsi dan makna dari metering.

Metering adalah  fungsi yang dimiliki kamera digital untuk menentukan exposure setting berdasarkan intensitas cahaya yang sampai ke sensor. Pada dasarnya ada 3 besaran yang menentukan dalam exposure settung, yaitu:
  1. Shutter speed
  2. Aperture
  3. ISO
Setting mana yang disetel oleh kamera ditentukan oleh exposure mode yang dipilih oleh fotografer. Misalnya:
  1. Mode AUTO: semua setting ditentukan oleh kamera
  2. Mode Program (P): ISO ditentukan oleh fotografer, kamera menghitung shutter speed & aperture
  3. Mode Speed Priority (S atau Tv): ISO & shutter speed ditentukan fotografer, kamera menentukan lebar aperture
  4. Mode Aperture Priority (A atau Av): ISO & bukaan aperture ditentukan oleh fotografer, kamera menentukan shutter speed
  5. Mode Manual (M): semua setting telah dilakukan oleh fotografer, metering kamera hanya memberikan notifikasi saja namuntidak akan mengubah setting apapun.
 Pemilihan mode metering akan memperngaruhi hasil setting yang dilakukan oleh kamera. Pada kondisi pemotretan dengan cahaya yang merata dan obyek yang full colour, pemilihan mode metering tidak memberikan perbedaan hasil yang signifikan. Akan tetapi pada obyek yang kontras, permilihan mode yang tepat akan memberi hasil yang berbeda. Paling tidak ada 3 mode metering yang umum ditemui, yaitu:
  1. Multi segment: pada mode ini, kamera melakukan exposure setting berdasarkan intensitas cahaya rata-ratadari seluruh bagian frame (95-100% area frame). Mode multi segment ini mirip dengan mode matrix dan average.
  2. Centre weighted: pada mode ini, kamera melakukan exposure setting berdasarkan intensitas cahaya yang datang dari sebagian besar frame dengan memberi bobot lebih besar pada intensitas cahaya di bagian tengah (50-75% area frame). Mode ini disebut juga partial metering.
  3. Spot pada mode ini, kamera hanya memperhitungkan intensitas cahaya yang datang dari bagian tengah frame (5-15% area frame)

Untuk jelasnya, berikut ini adalah gambaran area yang diperhitungkan dalam metering.
  1. Kotak merah adalah batas area yang diperhatikan dalam mode multi segment ' matrix / average
  2. Kotak biru adalah batas area yang diperhitungkan dalam mode Centre Weighted
  3. Kotak jingga (oranye) di tengah adalah batas area yang diperhitungkan dalam mode Spot

Agar lebih jelas, saya aplikasikan area di atas pada obyek dan latar belakang yang kontras. Pada pemotretan ini saya menggunakan mode Aperture Priority (A) dengan ISO 800 dan f/5.6 sehingga perbedaan hasil metering akan tampak pada shutter speed.

1. Obyek GELAP dengan latar belakang TERANG

Pada obyek di atas, mode Spot akan mengukur area dengan warna hitam. Karena itu kamera akan menaikkan exposure sehingga diperoleh shutter speed 1/2 s. Akibatnya, latar belakang yang terang menjadi over exposure dengan hasil seperti ini:
Jika mode metering diubah ke Centre weighted, sebagian besar area dalam kotak biru adalah warna gelap, akan tetapi kamera memperhitungkan juga warna terang di latar belakang, sehingga shutter speed naik menjadi 1/5 s

Pada saat menggunakan mode Multi Segment, seluruh luasan latar belakang ikut diperhitungkan, sehingga diperoleh shutter speed yang lebih cepat lagi, yaitu 1/8 s dengan hasil sebagai berikut:
Perubahan setting shutter speed tersebut menunjukkan perbedaan detil yang jelas di latar belakang dan pada tutup lensa. Semakin luas area yang diperhitungkan, semakin cepat shutter speed yang dipilih.
Efek yang berlawanan muncul pada obyek terang pada latar belakang gelap.


2. Obyek TERANG dengan latar belakang GELAP
Pemotretan dengan mode Spot menghasilkan pengukuran pada bidang yang dominan putih, sehingga diperoleh shutter speed  1/6 s
Dengan mode Centre Weighted, sebagian besar area berwarna gelap, akan tetapi obyek di tengah yang berwarna terang mendapat porsi perhitungan lebih besar, sehingga shutter speed hanya turun sedikit menjadi 1/4 s.

Pada saat menggunakan mode Multi Segment, kamera menangkap banyak area gelap, akibatnya shutter speed jadi lambat, diperoleh hasil 1/2 s yang menyebabkan sedikit over esposed seperti berikut:
Mode mana yang Anda pilih bergantung pada seberapa luas & seberapa banyak detil yang hendak ditampilkan.serta seberapa jauh kontras antara obyek dengan latar belakangnya.

Sabtu, 21 Mei 2011

Perspektif dan Komposisi

Catatan ini dibuat setelah memperhatikan 2 buah foto yang diambil pada kesempatan yang sama dengan obyek yang juga sama. Foto tersebut adalah:
1. Foto oleh Irfan A.Tachrir:

2. Foto jepretanku sendiri:
Saat saya melihat foto yang diupload kang Irfan di halaman facebook-nya, saya enasaran karena foto itu tampak lebih menarik daripada foto yang saya punya. Awalnya, perbedaan yang paling jelas adalah pada tonal warnanya. Karena penasaran, saya mencoba mengolah sedikit foto yang saya punya agar lebih mendekati tonal warna pada foto Kang Irfan. hasilnya seperti ini:
Dengan tonal yang berdekatan, tampak jelas adanya perbedaan lain yaitu perbedaan komposisi yang dihasilkan dari perbedaan perspektif. Kag Irfan mengambil foto tersebut dari posisi berdiri (lebih tinggi dari model), sehingga lengkungan rel kereta tampak utuh tak terputus dan membentuk frame di sekitar model. Sedangkan saya mengambil foto tersebut dari posisi jongkok, sejajr dengan model yang mengakibatkan terputusnya lengkungan rel kereta karena tertutup oleh badan model.
Kesimpulan: foto Kang Irfan tampil lebih menarik bukan saja karena pilihan tonal warnanya, tetapi karena berhasil menempatkan elemen-elemen dalam foto untuk tampil saling mendukung. Jadi dalam setiap kesempatan pemotretan, eksplorasi berbagai macam angle agar diperoleh hasil yang maksimal.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar